Jumat, 31 Agustus 2012

Cerpen


TRAGEDI MBELIK RIDIN
            Dahulu waktu aku masih kelas 5 SD, aku dan kawan-kawan hobbi sekali memancing di sungai, terutama di sungai- sungai besar karena kami berharap bisa mendapatkan hasil yang banyak dan bias kami konsumsi bersama. Aku, Aji, Awan, Rangga, Andri, Bawong, Heri dan Amir. Kami sudah menjadi tim yang kompak di desa kami, jika sudah musimnya kami selalu berbondong-bondong memancing di sungai Tapel ataupu disekitar tempat itu, karena sudah menjadi tempat favorit kami. Jika sudah urusan memancing kami pasti sudah lupa waktu, padahal kami melakukannya mulai dari jam 07.30 pagi sampai jam 15.30 sore, itu saja bagi kami hanya terasa seperti 2 jam saja, karena kecintaan kami terhadap hobi tersebut.
            Waktu liburan tiba kami akan pergi memancing kembali di sungai Tapel, di tengah-tengah perjalanan kami bertemu orang yang juga akan memancing tetapi bukan dari koloni kami. Kholis namanya, dia memberi tahu kami kalau ada tempat memancing yang banyak sekali ikannya, kami akhirnya tertarik dengan ucapannya lalu kami menanyakannya di mana tempat yang dia maksudkan. Dia memberi tahu tempat itu bernama Mbelik Ridin. Kami terheran dan termenung, mengapa sebuah mbelik terdapat banyak ikannya padahal mbelik gunanya untuk mandi dan mencuci bukan untuk memancing. Tanpa berfikir panjang lagi kami langsung menuju Mbelik Ridin untuk melihat apakah benar tempat itu terdapat banyak ikannya. Ternyata setelah kami sampai tempat yang dimaksudkan, kami langsung kaget karena ikannya terlihat banyak sekali sebab airnya airnya agak jernih dan sungainya dangkal.
            Akhirnya hari-hari liburan kami gunakan untuk memancing di Mbelik Ridin bersama teman-teman. Pada suatu saat ada seseorang yang lebih dulu mendahului kita memancing di tempat tersebut, dia bernama Dwi dan dengan temannya Andi, kami sudah hafal dengan tempat itu. Tempat itu hanya terdapat ikan Kotes (ikan gabus), Wader, dan udang. Tapi kami melihat ada yang aneh pada saat itu, mereka ternyata berhasil mendapatkan tiga ikan Lele. Aneh bagi kami, karena kami sudah lama memancing di tempat itu tetapi belum pernah mendapatkan ikan Lele sekali pun. Kemudian kami langsung berlomba untuk mendapatkan ikan Lele juga. Tidak lama kemudian mereka berdua pulang, kami langsung mengambil alih posisi mereka tempat mendapatkan ikan lele.
            Lama kami menunggu umpan kami disambar ikan lele akhirnya terjawab sudah. Umpanku ternyata lebih dulu disambar ikan lele, dengan semangatnya aku langsung menariknya. Benar aku mendapat ikan lele, tetapi ada yang aneh karena mata ikan lele itu satu ada dan yang satunya lagi tidak ada. Fikirku tidak ada yang anah lele tetaplah lele. Tak lama kemudian Awan akhirnya juga mendapatkan lele juga, dia mendapat lele yang tidak cacat sedikit pun. Sayingnya Ajik belum mendapat ikan, dia memutuskan untuk pindah tempat, tanpa disadari dia melihat ikan lele yang tempat airnya dangkal. Dari pada dia repot-repot memancing dia lebih memilih menagkapnya dengan tangan kosong. Ternyata dia bias mendapatkan lebih mudah daripada kami.Waktu sudah semakin sore, kami bergegas pulang kerumah masing-masing, dan kami sepakat untuk memelihara ikan lele tadi di rumahnya sendiri-sendiri.       
            Hari berikutnya kami juga memancing seperti biasa di tempat Mbelik Ridin tadi. Setelah tiga hari berlalu ada seseorang pemuda yang meninggal di desa kami karena sakit mendadak, ternyata itu adalah Dwi. Ada yang bilang dikarenakan ikan lele yang di perolehnya waktu memancing di Mbelik Ridin salah satunya mati, dan ternyata yang masih hidup tadi dikembalikan ketempat dimana Dwi tadi mendapat ikan lele tersebut . Kami pun khawatir dengan kabar tersebut, karena kami juga mendapat ikan lele di tempat itu. Kami kemudian berkumpul di Rumah Aji dan menayakan apakah ikan lele tadi masih ada atau sudah mati. Ternyata ikan hasil tangkapanku yang sempat aku peluhara beberapa hari sudah mati kemarin, lalu hasil tangkapan Aji dan Awan mereka goring untuk lauk. Kami sangat takut kalau hal tersebut juga menimpa pada kami, karena kabar tadi ami fikir ada benarnya juga.
            Kami sudah tidak bisa apa-apa lagi, karena ikan hasil perolehan kami sudah mati. Sejak saat itu kami tidak lagi berani memancing di Mbelik Ridin akibat kejadian yang mengerikan tadi. 1 minggu berlalu sejak kejadian matinya Dwi, tiba-tiba aku diberi tahu kalau Awan sakit mendadak dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit. Betapa kaget dan takutnya aku jika hal itu juga terjadi pada teman dekatku. Dengan perasaan yang sangat tak karuan aku hanya bisa berdo’a agar Awan tidak terjadi apa-apa dan semoga itu hanya sakit biasa.
            Hari-hari berlalu, tetapi ketakutan itu masih menimpaku. Syukur, ternyata Awan akhirnya bisa pulang kembali ke rumah dengan keadaan yang sudah membaik. Aku sempat berfikir jika temanku akan menghilang sama seperti kejadian yang menimpa Dwi, ternyata yang kutakutkan tidak terjadi pada temanku. Aku langsung melihat kondisinya bersama teman-temanku yang lain seperti apa kondisinya setelah pulang dari Rumah Sakit.
            Semenjak kejadian tersebut kami tidak lagi memancing di tempat itu, dan ternyata tidak ada lagi orang yang pergi mandi atau mencuci lagi di tempat itu karena kejadian yang misterius tadi. Kalau ada yang ingin memancing di Mbelik Ridin orang-orang sekitar memperingtkan bahwa tempat itu terdapat Gondoruonya yang menunggu tempat itu, dengan tujuan agar tidak ada lagi yang memancing di tempat yang misterius itu. Semenjak saat itu juga tempat itu menjadi sepi, kalaupun ada orangnya itu hanya untuk lewat saja ataupun hanya untuk mencari rumput untuk pakan ternak, karena itu jalan satu-satunya menuju ke persawahan di desa sebelah. Hingga sekarang kami tidak tahu lagi apakah Mbelik itu masih ada atau tidak, orang-orang sekitar ada yang mengatakan bahwa mbelik itu setiap 8 tahun sekali akan menghilang, untuk mencari korban selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar