Jumat, 31 Agustus 2012
Cerpen
07.46
No comments
TRAGEDI MBELIK RIDIN
Dahulu
waktu aku masih kelas 5 SD, aku dan kawan-kawan hobbi sekali memancing di
sungai, terutama di sungai- sungai besar karena kami berharap bisa mendapatkan hasil
yang banyak dan bias kami konsumsi bersama. Aku, Aji, Awan, Rangga, Andri,
Bawong, Heri dan Amir. Kami sudah menjadi tim yang kompak di desa kami, jika
sudah musimnya kami selalu berbondong-bondong memancing di sungai Tapel ataupu
disekitar tempat itu, karena sudah menjadi tempat favorit kami. Jika sudah
urusan memancing kami pasti sudah lupa waktu, padahal kami melakukannya mulai
dari jam 07.30 pagi sampai jam 15.30 sore, itu saja bagi kami hanya terasa
seperti 2 jam saja, karena kecintaan kami terhadap hobi tersebut.
Waktu
liburan tiba kami akan pergi memancing kembali di sungai Tapel, di
tengah-tengah perjalanan kami bertemu orang yang juga akan memancing tetapi
bukan dari koloni kami. Kholis namanya, dia memberi tahu kami kalau ada tempat
memancing yang banyak sekali ikannya, kami akhirnya tertarik dengan ucapannya
lalu kami menanyakannya di mana tempat yang dia maksudkan. Dia memberi tahu
tempat itu bernama Mbelik Ridin. Kami terheran dan termenung, mengapa sebuah
mbelik terdapat banyak ikannya padahal mbelik gunanya untuk mandi dan mencuci
bukan untuk memancing. Tanpa berfikir panjang lagi kami langsung menuju Mbelik
Ridin untuk melihat apakah benar tempat itu terdapat banyak ikannya. Ternyata
setelah kami sampai tempat yang dimaksudkan, kami langsung kaget karena ikannya
terlihat banyak sekali sebab airnya airnya agak jernih dan sungainya dangkal.
Akhirnya
hari-hari liburan kami gunakan untuk memancing di Mbelik Ridin bersama
teman-teman. Pada suatu saat ada seseorang yang lebih dulu mendahului kita
memancing di tempat tersebut, dia bernama Dwi dan dengan temannya Andi, kami
sudah hafal dengan tempat itu. Tempat itu hanya terdapat ikan Kotes (ikan
gabus), Wader, dan udang. Tapi kami melihat ada yang aneh pada saat itu, mereka
ternyata berhasil mendapatkan tiga ikan Lele. Aneh bagi kami, karena kami sudah
lama memancing di tempat itu tetapi belum pernah mendapatkan ikan Lele sekali
pun. Kemudian kami langsung berlomba untuk mendapatkan ikan Lele juga. Tidak
lama kemudian mereka berdua pulang, kami langsung mengambil alih posisi mereka
tempat mendapatkan ikan lele.
Lama
kami menunggu umpan kami disambar ikan lele akhirnya terjawab sudah. Umpanku
ternyata lebih dulu disambar ikan lele, dengan semangatnya aku langsung
menariknya. Benar aku mendapat ikan lele, tetapi ada yang aneh karena mata ikan
lele itu satu ada dan yang satunya lagi tidak ada. Fikirku tidak ada yang anah
lele tetaplah lele. Tak lama kemudian Awan akhirnya juga mendapatkan lele juga,
dia mendapat lele yang tidak cacat sedikit pun. Sayingnya Ajik belum mendapat
ikan, dia memutuskan untuk pindah tempat, tanpa disadari dia melihat ikan lele
yang tempat airnya dangkal. Dari pada dia repot-repot memancing dia lebih
memilih menagkapnya dengan tangan kosong. Ternyata dia bias mendapatkan lebih
mudah daripada kami.Waktu sudah semakin sore, kami bergegas pulang kerumah
masing-masing, dan kami sepakat untuk memelihara ikan lele tadi di rumahnya
sendiri-sendiri.
Hari
berikutnya kami juga memancing seperti biasa di tempat Mbelik Ridin tadi.
Setelah tiga hari berlalu ada seseorang pemuda yang meninggal di desa kami
karena sakit mendadak, ternyata itu adalah Dwi. Ada yang bilang dikarenakan
ikan lele yang di perolehnya waktu memancing di Mbelik Ridin salah satunya
mati, dan ternyata yang masih hidup tadi dikembalikan ketempat dimana Dwi tadi
mendapat ikan lele tersebut . Kami pun khawatir dengan kabar tersebut, karena
kami juga mendapat ikan lele di tempat itu. Kami kemudian berkumpul di Rumah
Aji dan menayakan apakah ikan lele tadi masih ada atau sudah mati. Ternyata
ikan hasil tangkapanku yang sempat aku peluhara beberapa hari sudah mati
kemarin, lalu hasil tangkapan Aji dan Awan mereka goring untuk lauk. Kami
sangat takut kalau hal tersebut juga menimpa pada kami, karena kabar tadi ami
fikir ada benarnya juga.
Kami
sudah tidak bisa apa-apa lagi, karena ikan hasil perolehan kami sudah mati.
Sejak saat itu kami tidak lagi berani memancing di Mbelik Ridin akibat kejadian
yang mengerikan tadi. 1 minggu berlalu sejak kejadian matinya Dwi, tiba-tiba
aku diberi tahu kalau Awan sakit mendadak dan langsung dilarikan ke Rumah
Sakit. Betapa kaget dan takutnya aku jika hal itu juga terjadi pada teman
dekatku. Dengan perasaan yang sangat tak karuan aku hanya bisa berdo’a agar
Awan tidak terjadi apa-apa dan semoga itu hanya sakit biasa.
Hari-hari
berlalu, tetapi ketakutan itu masih menimpaku. Syukur, ternyata Awan akhirnya
bisa pulang kembali ke rumah dengan keadaan yang sudah membaik. Aku sempat
berfikir jika temanku akan menghilang sama seperti kejadian yang menimpa Dwi,
ternyata yang kutakutkan tidak terjadi pada temanku. Aku langsung melihat
kondisinya bersama teman-temanku yang lain seperti apa kondisinya setelah
pulang dari Rumah Sakit.
Semenjak
kejadian tersebut kami tidak lagi memancing di tempat itu, dan ternyata tidak
ada lagi orang yang pergi mandi atau mencuci lagi di tempat itu karena kejadian
yang misterius tadi. Kalau ada yang ingin memancing di Mbelik Ridin orang-orang
sekitar memperingtkan bahwa tempat itu terdapat Gondoruonya yang menunggu
tempat itu, dengan tujuan agar tidak ada lagi yang memancing di tempat yang
misterius itu. Semenjak saat itu juga tempat itu menjadi sepi, kalaupun ada
orangnya itu hanya untuk lewat saja ataupun hanya untuk mencari rumput untuk
pakan ternak, karena itu jalan satu-satunya menuju ke persawahan di desa
sebelah. Hingga sekarang kami tidak tahu lagi apakah Mbelik itu masih ada atau
tidak, orang-orang sekitar ada yang mengatakan bahwa mbelik itu setiap 8 tahun
sekali akan menghilang, untuk mencari korban selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar